SBChannel.id, MajeneĀ – Tim Registrasi Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Majene menemukan Batu Baine atau Batu Dakon, pada 26 Februari 2020 lalu.
Batu Baine (Pakkalacangan) atau Batu Dakon itu, ditemukan di wilayah Buttu Kamande Dusun Banua Desa Adolang Kecamatan Pamboang.
Penemuan Batu Dakon ini berdasarkan laporan warga setempat, sehingga tim registrasi cagar budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Majene langsung ke objek sasaran untuk observasi. Obyek berada pada ketinggian 620 meter di atas permukaan laut .
Ketua Tim Registrasi Muhammad Yassin Djamil, yang Ā juga Ā Kabid Pengembangan Kebudayaan Disbudpar Majene mengungkapkan, setelah tim registrasi cagar budaya berada di lokasi objek, langsung melakukan pendataan benda yang diduga cagar budaya sekaligus melakukan registrasi di beberapa tempat wilayah Majene.
“Tim registrasi mendapat laporan dari warga setempat, bahwa ada batu baine yang dahulu kala ditempati makkalacang (Batu Dakon) di daerah Buttu Kamande Dusun Banua Desa Adolang Kecamatan Pamboang, sehingga dilakukan penelitian dan pendataan untuk dilaporkan ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Makassar,” ujarnya, Rabu (19/8/2020).
Saat BPCB Makassar mendapat laporan dari tim registrasi cagar budaya dari Disbudpar Majene, Ketua BPCB Makassar Andriany beserta empat orang anggotanya langsung melakukan penelitian ke lokasi sasaran. Hasil peneliatian tim BPCB Makassar mengungkapkan bila itu adalah batu dakon.
āSesuai kajian arkeologi dari tim BPCB Makassar, bahwa batu baine adalah batu dakon yang harus dilestarikan agar tidak di rusak tangan yang tidak bertanggungjawab. Batu dakon ini menempati sisi selatan puncak Buttu Kamande Desa Banua Adolang,” paparnya.
Objek batu dakon berupa bongkahan batu berukuran panjang kurang lebih 25 meter dan lebar 15 meter. Kemungkinan induk batuan dari penyusunan gunung. Batu dakon menyerupai alat vital perempuan sehingga warga setempat menyebut batu baine. Dari sisi bagian atas bongkahan nampak di permukaan terdapat gorasan yang memanjang di bagian utara selatan.
Selain itu, permukaan batu dakon memiliki susunan lubang secara terpadu. Sesuai hasil identifikasi tim kerja ditemukan empat kumpulan satuan lubang, tiga kumpulan lubang memiliki pola yang sama dengan jumlah 14 lubang, disusun berderet secara berpasangan dan berhadapan, sehingga membentuk 6 pasang lubang dan 2 lubang ditempatkan pada ujung setiap pasang deretan lubang dan berukuran relatif besar dibanding dengan 12 lubang lainnya.
Kumpulan lubang ini ditemukan di sisi selatan. Sisi barat dan sisi utara serta ditemukan pola yang berbeda, yaitu adanya tiga lubang disusun berderet dari timur dan barat pada bagian tengah permukaan batuan.
Yassin menjelaskan, secara kolektif, batu dakon dikenal masyarakat dengan nama lokal Pakkalacangan berdasarkan kajian arkeologi. Batu dakon identik dengan kebudayaan megalitik yang merupakan unsur yang mewarnai dan menjadi bagian sejarah kebudayaan manusia termasuk kebudayaan nusantara.
“Budaya megalitik sangat terkait dengan aspek religi dengan penggunaan batu besar sebagai media dalam praktik ritual atau pemujaan. Dalam konteks kebudayaan, selain sebagai media permainan rakyat, batu dakon digunakan untuk melihat atau menentukan hari-hari tertentu utamanya berkaitan dengan pertanian,” tandasnya.
(Abd. Hafid / SBChannel.id)