SBChannel.id Menyapa

Semangat Pagi. Salam sejahtera untuk kita semua.

Ini hari, Senin 1 Juni 2020.  Sekarang diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Sejak resmi ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016. Yah … Oleh Presiden Joko Widodo. Tentu sebagai generasi pelanjut bertanya, Mengapa baru ditetapkan tahun 2016? Bukankah Pancasila lahir sejak tahun 1945. Rentang waktu yang begitu lama. 71 tahun.

Tapi sebagai sebagai warga negara, saya tentu bersyukur.  Rasa syukur itu terpatri menjadi spirit kebangsaan. Nasionalisme. Mengibarkan bendera merah putih pada pagi hari ini. Saat mengibarkan bendera, saya langsung mengingat orangtua saya yang sudah almarhum. Lahir pada tahun 1927. Meninggal tahun 2018 lalu dalam usia 91.


Almarhum Ayah saya adalah salah seorang anggota Legiun Veteran Republik Indonesia. Sebab itulah, ketika saya kuliah di Jurusan Sosiologi Universitas Hasanuddin (Unhas), saya bebas membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP). Di Unhas, anak veteran memang diberikan penghargaan tidak membayar SPP. Saya masuk Unhas tahun 1991. Waktu itu pembayaran SPP saya sebesar Rp 90 ribu per semester.

Usia mengibarkan bendera, saya pun membuat tulisan ini. SBChannel.id Menyapa. Yah … Untuk pertama kali kami menyapa pembaca yang budiman. Serta menyampaikan bahwa kami hadir sebagai salah satu pengelola portal media siber di Provinsi Sulawesi Barat. Semoga SBChannel.id mampu memberi kesan, yang mempunyai karakter tersendiri.

SBChannel adalah singkatan dari Sulawesi Barat Channel. Pengelolaan SBChannel.id di bawah naungan PT Kanal Sulbar Indonesia. Pengesahan Pendirian Badan Hukum melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI, Nomor: AHU-0025252.AH.01.01. tertanggal 29 Mei 2020. NPWP: 94.925.3-814.000. Adapun Alamat Kantor Berita: Jalan R E Martadinata, Komp. Legenda Garden Blok J No 5-6, Mamuju, Sulawesi Barat.

SBChannel.id adalah media siber dengan konten yang bersifat umum. Ragam beritanya terlihat dari daftar menu. Mulai dari berita lokal, nasional hingga internasional. Ada pula berita seputar demokrasi, pemeritahan dan aspirasi rakyat. Juga diperkaya dengan berita ekonomi, edukasi, olahraga dan kesehatan. Untuk lebih interaktif dengan pembaca disediakan rubrik Kolom. Berisi opini,  puisi, cerpen, serta surat elektonik pembaca.

Pengesahan secara de jure pada tanggal 29 Mei 2020 mempunyai makna tersendiri. Sebab pada tanggal 29 Mei 1953 silam ada peristiwa bersejarah yang mendunia. Penaklukan Mount Everest atau Gunung  Everest. Gunung tertinggi di dunia. Tingginya 29.029 kaki atau 8.848 mdpl (meter di atas permukaan laut). Puncaknya menandakan perbatasan Nepal dan Tibet.

Ada dua orang pendaki yang berbeda warga negara berhasil mencapai puncak Mount Everest. Mereka adalah Sir  Edmund Hillary dan Tenzing Norgay. Edmund Hillary lahir di Auckland, Selandia Baru, pada 20 Juli 1919. Sementara Tenzing Norgay lahir di Solo Khumbu Nepal, pada Mei 1914. Misi untuk menaklukkan Puncak Mount Everest tekad Hillary. Sementara Norgay adalah seorang dari komunitas Sherpa atau pemandu.  Atas keberhasilan tersebut mereka diangkat sebagai pahlawan di negara masing-masing.

Ada cerita menarik sekaligus menjadi kisah inspiratif. Utamanya bagi Tenzing Norgay. Sebab walau keduanya berhasil menaklukkan Puncak Mount Everest, namun Edmund Hillary lebih terkenal. Padahal keberhasilan Edmund Hillary tidak terlepas dari peran Tenzing Norgay sebagai seorang sherpa atau pemandu.

Bukankah sebagai seorang pemandu harus selalu berjalan di depan? Bila itu terjadi, maka logikanya, Tenzing Norgay yang seharusnya pertama kali mencapai puncak Mount Everest. Bukan Edmun Hillary. Ada satu wartawan yang jeli melihat ini sebagai angle berita yang menarik.

Sesaat ketika Hillary dan Norgay kembali dari Puncak Everest, semua reporter berebut untuk mewawancarai Hillary. Hanya ada satu reporter yang justru memilih untuk mewawancarai Norgay. Dia pun bertanya: Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia? Lalu dijawab Norgay: Sangat senang sekali.

Reporter itu bertanya lagi: Anda kan seorang sherpa bagi Hillary. Tentu posisi anda di depan. Bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everst?

Norgay menjawab: Ya, benar sekali. Tapi pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilahkan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya dan menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia.

Penasaran, reporter itu bertanya: Mengapa Anda lakukan itu?

Norgay menjawab:  Karena itulah impian dia (Edmund Hillary). Bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih impiannya.

Dari kisah inspiratif penaklukan puncak Mount Everest ada beberapa pelajaran yang dijadikan spirit untuk pengelolaan SBChannel.id kedepan.

  • Pertama; keteguhan dan tekad Edmund Hillary yang membuat dia berhasil melaksanakan misi untuk mencapai tujuan. Menaklukkan Puncak Mount Everest. Bahwa dalam mengelola media termasuk media siber diperlukan tekad yang kuat, etos kerja yang tinggi, visi misi yang jelas untuk mencapai goal atau tujuan.
  • Kedua; kerjasama antar dua orang yang berbeda warga negara. Bahwa dalam upaya mencapai tujuan bersama diperlukan kesepahaman yang kuat. Harus ada simbiosis mutualisme. Harus dibangun kesepahaman untuk saling menguatkan. Untuk sama-sama untung. Bukan satu pihak yang untung, satu pihak malah buntung. Intinya, harus membuat team work yang kuat.
  • Ketiga; mendorong orang untuk mencapai tujuannya adalah sikap kesatria yang sangat terpuji. Bahwa CBChannel.id harus mempunyai visi misi bersama dengan stakeholders untuk mencapai tujuan bersama sebagaimana amanat konstitusi. Tujuan itu adalah mendorong Pemerintah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Semoga SBChannel.id mampu mengemban amanah konstitusi tersebut, dengan karakteristik pemberitaan yang selalu menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik.

Terima Kasih.

 

Naskah M. Nabhan

Pemimpin Redaksi

(***)