Taman Nasional Betung Kerihun, Surga Hayati di Tapal Perbatasan

Sebagai destinasi wisata, Taman Nasional Betung Kerihun seluas 800.000 hektare, memiliki objek wisata alam yang eksotis.

Indonesia memiliki berbagai jenis keanekaragaman hayati yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Keanekaragaman tersebut merupakan salah satu bentuk kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia.

Kekayaan keanekaragaman hayati itu kini lebih mudah dinikmati, karena sebagian besar berada di dalam satu lokasi taman nasional. Dilansir dari laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwitasa, dan rekreasi.


Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa selain untuk pelestarian keanekaragaman hayati, tujuan pembangunan taman nasional juga untuk penelitian dan rekreasi. Agar pengelolaan taman nasional berjalan secara efektif dan optimal, diterapkanlah sistem pengelolaan zonasi.

Ada empat sistem zona dalam pengelolaan taman nasional, yaitu zona inti, zona rimba, dan zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan, zona pemanfaatan, dan zona lain-lain yang terdiri dari zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, budaya, dan sejarah, serta zona khusus. Pertanyaannya kemudian, Indonesia memiliki berapa taman nasional?

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan Indonesia memiliki 56 taman nasional. Dari total itu, sebanyak enam di antaranya merupakan bagian dari situs warisan dunia, sembilan taman bagian dari jaringan cagar biosfer dunia, dan lima taman merupakan lahan basah yang secara internasional dilindungi Konvensi Ramsar.

Nah, kali ini kenapa kita tak mencoba mengunjungi Taman Nasional Betung Kerihun yang juga dikenal dengan sebutan ‘surga di perbatasan Malaysia’. Benar, Betung Kerihun terletak di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.

Secara administratif, Taman Nasional Betung Kerihun berlokasi di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Batas wilayah taman nasional di sebelah utara yaitu Serawak, Malaysia Timur, di sebelah selatan yaitu Provinsi Kalimantan Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sintang.

Sebagai destinasi wisata, taman nasional, kawasan seluas 800.000 hektare itu memiliki objek wisata yang menarik berupa alamnya yang eksotis. Tidak itu, pengunjung taman nasional ini bisa menikmati pelbagai jenis flora dan fauna endemik serta langka.

Di kawasan itu juga akan ditemui banyak bentang alam seperti sungai, gunung, bahkan budaya yang menjadi daya tarik tersendiri. Sebelum berlanjut ke pembahasan tentang keunikan dari taman nasional itu, sebaiknya pengunjung wajib mencari tahu soal informasi bagaimana menuju ke taman nasional tersebut.

Pengunjung sebaiknya terlebih dahulu mencari informasi, bahkan bila perlu melakukan registrasi ke pengelola taman nasional Betung Kerihun, yakni Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun yang berkantor di Jl Piere Tendean No. 100, Komplek Kodim 1206, Putussibau, Kalimantan Barat. Telepon +6256722282, Fax +6256721935.

Berikutnya adalah persiapan menuju lokasi taman nasional Betung Kerihun. Berlokasi di Kabupaten Putussiabau, Kalimantan Barat, untuk mencapai lokasi itu, pengunjung perlu pergi terlebih dahulu ke Pontianak.

Dari Pontianak, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan dengan penerbangan ke kota Putussiabau. Selanjutnya perjalanan menggunakan boat dan menjelajahi aliran Sungai Kapuas, Sungai Sibau dan Sungai Mendalam selama lima jam.

Kawasan ini pertama kali ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai area konservasi alam dengan luas 600.000 hektare pada 1982. Sepuluh tahun kemudian, luas kawasan berubah menjadi 800.000 hektare pada 1992 dan statusnya berubah menjadi taman nasional.

Sebagai taman nasional yang berbatasan dengan Malaysia, Indonesia dan Malaysia memiliki kepentingan yang sama untuk menjaga kelestarian taman nasional itu. Oleh karena itu, kedua negara sepakat mengajukan permohonan secara resmi kepada UNESCO pada Februari 2004. Tujuannya agar lembaga itu mengakui wilayah konservasi tersebut sebagai salah satu situs warisan dunia.

Taman nasional ini memiliki iklim tropis dengan temperatur udara antara 21°-29° Celcius. Ketika musim penghujan, kawasan ini kerap mengalami banjir, tetapi ketika musim kemarau aliran air menjadi sedikit terhambat. Sementara itu, aliran air yang dimiliki sangatlah banyak yaitu sekitar ratusan sungai kecil dan besar, terutama sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas.

Tipe ekosistem di kawasan taman nasional ini terbagi menjadi delapan jenis. Di antaranya, ekosistem hutan dipterocarpaceae (tumbuhan kayu tropis) dataran rendah atau low land dipterocarp forest.

Berikutnya, taman itu juga merupakan ekosistem hutan bukit dipterocarpaceae, species hutan kayu yang banyak terdapat di daerah tropis, dan ekosistem hutan aluvial atau alluvial forest. Ada pula ekosistem hutan sekunder tua atau old secondaiy forest, ekosistem hutan rawa atau swamp forest, ekosistem hutan gunung atau montane forest, ekosistem hutan berkapur limestone forest, dan ekosistem hutan sub-gunung atau sub-montane forest.

Sebagai kawasan hutan tropis primer, Taman Nasional Betung Kerihun mempunyai peran yang sangat penting terhadap kelangsungan hidup aneka jenis fauna. Oleh sebab itu, kawasan ini tidak hanya kaya akan keanekaragaman flora, melainkan juga memiliki berbagai jenis fauna. Flora dan fauna tersebut sebagian adalah jenis endemik bahkan langka.

Beberapa spesies tumbuhan endemik di wilayah ini antara lain Amyxa pluricormis yang merupakan tumbuhan unik satu-satunya di dunia (kerabat pohon gaharu dan memiliki marga sendiri), Castanopsis inermis, Neo uvaria, Shorea peltata, Chisocheton caulifloris, Eugenia spicata, Lithocarpus phillipinensis, Acuminatissima, dan juga pisang musa.

Selain itu, kawasan ini diketahui memiliki 89 spesies anggrek. Begitu juga kelompok mamalia sebanyak 48 spesies. Di antaranya adalah sambar (Cervus sp.), kelinci (Tragulus napu), berang-berang (Lutra sumatrana), harimau dahan (Muntiacus muntjak), dan kijang emas (Mutiacus atherodes),

Sementara itu, taman nasional itu juga memiliki lebih dari tujuh spesies primata yang dapat dijumpai, seperti tarsius (Tarsius bancanus), hout (Presbytis frontata), kelempiau (Hylobates muelleri), seaman (Presbytis rubicunda), orangutan Borneo (Pongo pygmaeus), Macaca fascicularis, dan Macaca nemestrina.

Tentu masih banyak lagi keunikan yang dimiliki taman nasional itu, seperti kegiatan wisata alam sampai wisata budaya. Wisata budaya misalnya, pengunjung dapat menjumpai berbagai kebudayaan khas masyarakat Dayak Kayaan.

Dari masyarakat Dayak Kayaan, pengunjung bisa menyaksikan pakaian etnik khas Dayak. Begitu juga kesenian (tari, musik, dan nyanyian), dan makanan serta minuman tradisional serta pembuatan Mandau dan seni tato.

Penulis: Firman Hidranto