PLTU Barru Manfaatkan Limbah FABA untuk Energi Listrik

JAKARTA – Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengapresiasi PLTU Barru di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, dalam memanfaatkan limbah hasil sisa pembakaran batu bara atau fly ash and bottom ash (FABA).

Sugeng menjelaskan, secara nasional FABA yang dihasilkan oleh PLN di seluruh Indonesia mencapai 6 sampai 7 juta ton dalam setahun. Mengingat penggunaan batu bara oleh PLN dalam setahun kurang lebih 135 juta metrik ton. Apabila FABA ini bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan baik mempunyai nilai ekonomi yang cukup besar.

“PLTU Barru telah memanfaatkan FABA dengan baik dan bekerjasama dengan industri kecil menengah untuk menghasilkan paving block, batu bata dan campuran semen dan sebagainya yang secara teknis dan ekonomis sangat luar biasa,” kata Sugeng.


Demikian dikatakan Sugeng seusai pertemuan dengan Direktur Regional Sulmapana PT PLN (Persero) Adi Priyanto beserta jajarannya dan perwakilan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan M.P. Dwinugroho, di PLTU Barru, Sulsel, Kamis (30/6/2022).

Selain itu melalui FABA ini, PLTU dapat memberdayakan masyarakat sekitar atau usaha kecil menengah yang bergerak di bidang industri semen.

“FABA secara nasional kurang lebih 6,5 juta ton sampai 7 juta ton, ini kan harus dimanfaatkan dengan baik. Karena batu bara khusus PLN saja setahun kurang lebih 135 juta metrik ton, FABA yang dihasilkan kurang lebih 7 juta ton itu bisa mempunyai nilai ekonomi semacam PLTU Barru, dengan memanfaatkan FABA yang sangat baik, dengan melibatkan masyarakat di sekitar (PLTU),” kata Sugeng.

Politisi Partai NasDem tersebut juga mengapresiasi PLTU Barru yang telah melakukan tata kelola praktek manajemen yang baik. Karena PLTU Barru telah melakukan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara atau yang biasa disebut co-firing.

Dengan begitu, target penggunaan energi campuran atau mix dapat menjadi kerangka acuan guna tercapainya target energi baru terbarukan sebesar 23 persen di tahun 2025.

“PLTU Barru ini telah melakukan co-firing dengan biomassa yang itu sumber dari berbagai macam dari tumbuhan ranting dan sebagainya. Walaupun belum mencapai 10 persen, tapi sudah di atas rata-ratanya di atas 5 persen,” kata Sugeng.

Kendati demikian, legislator dapil Jawa Tengah VIII tersebut mendorong agar PLTU Barru memiliki mesin pengelola batu baru dengan teknologi tinggi. Mengingat PLTU Barru menggunakan batu bara dengan kalori rendah/low rank yang dapat menghasilkan karbondioksida atau Co2 yang tinggi.

“Sehingga memang PLTU Barru ini dalam kategori juga memakan batu bara kalori rendah/low rank hanya kalori 3.800 sampai 4.000 saja termasuk kalori rendah maka dari itu diperlukan skema lanjut harus diperlakukan atau ditingkatkan untuk menekan peluncuran karbon.

Karena kita tahu semakin rendah kalori luncuran CO2 makin tinggi maka kami tadi mintakan agar nanti dikelola dengan mesin dan sebagainya dengan sistem supercritical di samping ada co-firing,” tutup Sugeng. (qq/sf)