Teknologi Mengurangi Emisi Batu Bara

Dengan inovasi teknologi pada proses transisi energi, emisi batu bara bisa ditekan sehingga target net zero emission pada 2060 tetap bisa dicapai.

Transisi energi merupakan proses panjang yang harus dilakukan oleh negara-negara di dunia untuk menekan emisi karbon yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Kesepakatan dalam transisi energi bertujuan untuk menuju ke titik yang sama, yaitu pemanfaatan energi bersih yang terus meningkat.

Presiden Joko Widodo telah menyampaikan bahwa Indonesia akan mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Transisi energi menjadi salah satu isu prioritas pada Presidensi G20 Indonesia 2022 dengan fokus utama terhadap akses, teknologi, dan pendanaan.


Pemerintah tengah melakukan pengurangan penggunaan batu bara sebagai sumber energi dengan menggunakan teknologi Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCS/CCUS), pengembangan Dimethyl ether (DME), pengganti elpiji, serta peningkatan nilai tambah mineral melalui hilirisasi di dalam negeri.

Jadi transisi energi tidak harus meniadakan batu bara. Sebaliknya dengan inovasi teknologi, emisi dari batu bara bisa ditekan sehingga target NZE pada 2060 tetap bisa dicapai. “Mari kita berpikir dengan cara yang lain. Kata kuncinya transisi energi berkelanjutan. NZE pada 2060 merupakan skenario besar yang harus kita rumuskan dengan langkah yang tidak biasa-biasa saja. Kuncinya adalah inovasi,” kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin, dalam acara talkshow hasil kerja sama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan Kementerian ESDM dan Mining Industry Indonesia (Mind ID), di Hotel Westin, Bali, Senin 29 Agustus 2022.

Talkshow itu merupakan The 3rd Energy Transition Working Group Meetingā€“Parallel Event G20 Presidency of Indonesia yang mengangkat tema ā€œThe Role of Coal Industry Towards Energy Transition and Circular Economy. Pada kesempatan itu, Ridwan menekankan, pentingnya aspek keterjangkauan dan penguasaan teknologi. Dia juga meminta, agar hasil dari talkshow benar-benar dijalankan agar industri batu bara dapat mendukung transisi energi yang berkelanjutan.

Sementara itu Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengungkapkan, hadirnya para ahli, akademisi, praktisi pengelolaan lingkungan, dan generasi muda terbaik yang tergabung dalam Y20 juga akan dapat memberikan pandangan dan masukan bersama guna terlaksananya transisi energi yang berkelanjutan, dengan tetap memperhatikan ekonomi sirkular. “Partisipasi, sinergisitas, dan kolaborasi dari semua pihak tentunya akan semakin mempermudah dan mempercepat langkah kita menuju target yang telah ditetapkan,” kata Arsal Ismail.

 

Perencanaan dan Persiapan Matang

Sesi talkshow sendiri menghasilkan kesimpulan, transisi energi membutuhkan perencanaan dan persiapan matang. Dibutuhkan juga komitmen semua pemangku kepentingan agar program-program transisi energi yang berkelanjutan bisa berjalan sesuai target.

Arsal Ismail menjelaskan, selaras dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, perusahaan tengah memantapkan eksistensi dan bertransformasi menjadi perusahaan energi. Transformasi itu tidak semata-mata dilakukan untuk menciptakan bisnis yang keberlanjutan, melainkan mendukung target pemerintah Indonesia untuk mencapai NZE pada 2060, mendorong proses transisi energi berkelanjutan, dan meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional.

“Berbagai strategi transformasi bisnis telah kami terapkan seperti peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan dan pengembangan hilirisasi batu bara menjadi DME,” jelasnya.

Dari sisi operasional pertambangan, Arsal menambahkan, terdapat dua program utama yang dijalankan yakni eco mechanized mining dan e-mining reporting system. Pada program eco mechanized mining, perusahaan mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar berbasis fosil menjadi elektrik. Sementara itu pada program e-mining reporting system, Bukit Asam memanfaatkan platform pelaporan produksi secara realtime dan online sehingga mampu meminimalisasi monitoring konvensional dengan kendaraan dan mengurangi penggunaan bahan bakar.

Tidak hanya itu, Bukit Asam juga gencar menerapkan program manajemen karbon, sebuah program integrasi untuk mengurangi emisi karbon dalam operasional pertambangan perusahaan. Beberapa usaha manajemen karbon yang dilakukan, yakni reklamasi, dekarbonisasi operasional tambang, dan studi CCUS.

Terkait dengan kajian CCUS ini, Arsal menegaskan, Bukit Asam juga sedang menggelar kompetisi teknologi dekarbonisasi yang menitikberatkan inovasi di bidang carbon reduction dan CCUS dengan tajuk ā€œBukit Asam Innovation Award 2022 Greenovator Indonesiaā€.

“Dari kompetisi itu kita berharap bisa mendukung lahirnya inovasi-inovasi terkait teknologi dekarbonisasi di bidang pertambangan, khususnya batu bara, untuk menciptakan energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan,” pungkasnya.

Direktur MIND ID Dilo Seno Widagdo menambahkan, MIND ID mendukung segala bentuk inovasi dan perbaikan berkelanjutan guna mewujudkan terciptanya bisnis yang berkesinambungan. ā€œSelain itu, juga perlu kolaborasi dengan masyarakat sekitar wilayah tambang, sehingga hadirnya MIND ID di tengah masyarakat bisa membentuk peradaban yang lebih baik, untuk saat ini dan di masa mendatang.ā€

MIND ID bersama anggotanya, yakni PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk sepakat menjalankan noble purpose, yakni ā€œWe explore natural resources for civilization, prosperity and a brighter future.ā€ Selain menjadi perusahaan kelas dunia, perlu dicatat bahwa MIND ID mendukung tercapainya NZE pada 2060, sesuai dengan target Pemerintah Indonesia.Ā (Eri Sutrisno)