Penegasan Presiden tentang Industri Penghiliran

Di tengah situasi yang sangat tidak normal dibutuhkan kerja yang sangat detail. Bukan hanya pada level makro.

Pentingnya dilakukan penghiliran kembali ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bila masa lalu Indonesia hanya mengekspor sumber daya alam berbentuk tanah dan air (ore), maka targetnya adalah mengekspor produk-produk penghiliran.

Dalam forum Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Rabu (7/9/2022), Presiden Jokowi menyerukan urgensi penghiliran bagi bangsa ini. Kepala Negara menyatakan, berbagai manfaat telah dirasakan sebagai hasil dari upaya penghiliran yang dilakukan.


Presiden Jokowi pun lantas memberi ilustrasi, di mana negara ini pernah melakukan penghentian ekspor nikel yang dilakukan sejak sekitar tiga tahun lalu. Lalu disampaikan Presiden Jokowi, tujuh tahun lalu ekspor nikel Indonesia bernilai USD1,1 miliar. Sedangkan pada tahun lalu, ekspor komoditas tersebut teridentifikasi melonjak hingga USD20,9 miliar.

Rupanya, kenaikan nilai ekspor komoditas itu berhubungan erat dengan kebijakan penghentian ekspor, yang kemudian mendorong pembangunan industri penghiliran di tanah air. Beranjak dari kondisi itulah, Presiden Joko Widodo meletakkan keyakinan untuk melanjutkan penghentian kegiatan ekspor atas komoditas lainnya.

Dia menyampaikan, hal itu demi memberikan multiplier effect lebih besar terhadap perekonomian nasional. “Mungkin tahun ini kita akan setop ekspor timah, tahun depan setop ekspor bauksit, tahun depannya lagi setop ekspor tembaga. Karena, hasilnya akan kelihatan,” ujarnya.

Tentu saja, kebijakan berani yang diambil Presiden Jokowi patut diapresiasi. Tujuan kebijakan itu benar adanya, yakni menempatkan negara ini menuju negara industri, karena sudah mampu memproduksi produk penghiliran.

Seiring dengan kebijakan tersebut, Presiden Jokowi menekankan, perlunya kerja yang sangat detail, di tengah situasi yang sangat tidak normal seperti sekarang. Bukan hanya bekerja di level makro.

“Bekerja sekarang pun tidak bisa makro saja, enggak bisa. Ditambah mikro pun mungkin masih juga belum dapat. Sehingga makro iya, mikro iya, detail, fokus,” ujarnya.

Turut hadir dalam acara tersebut adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Keuangan Sri Mulyani, CEO CT Corp Chairul Tanjung, dan Senior Ekonom INDEF Didik J Rachbini. Diketahui, salah satu sektor komoditas yang telah didorong menuju penghiliran adalah sektor komoditas pertambangan.

Kini, sektor pertambangan telah menjadi salah satu penopang penting pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu tak lepas dari berkah kenaikan harga dan permintaan komoditas yang masih terjadi.

 

Mengoptimalkan Momentum

Beberapa kalangan menilai, momentum tersebut semestinya dapat dioptimalkan untuk memacu penghiliran guna menciptakan nilai tambah. Sehingga, dapat memperkuat struktur produk domestik bruto (PDB) yang selama ini didominasi oleh konsumsi dan investasi.

Penghiliran juga digadang-gadang dapat mendongkrak investasi, sehingga struktur PDB lebih kokoh. Sebab, jika ditelusuri, kendati realisasi investasi terus tumbuh, rupanya kontribusi terhadap struktur PDB berada dalam tren penurunan.

Indikator itu bisa terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS). Lembaga itu mencatat, kontribusi investasi yang tecermin pada pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada PDB kuartal II-2022 hanya 27,13 persen, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I-2022 yang mencapai 30,44 persen, maupun dibandingkan dengan kuartal II-2022 yang mencapai 29,85 persen.

Lantas bagaimana sisi investasinya? Sebenarnya dari sisi realisasi penanaman modal pada kuartal II-2022 terjadi kenaikan 35,5 persen (year on year/yoy) dan naik 7,01 persen (yoy) dibandingkan kuartal I-2022.

Namun harus diakui, program penghiliran bukannya tanpa kendala. Beragam tantangan harus dihadapi oleh pelaku usaha. Fadhil Hasan, seorang ekonom senior di Indef mengatakan, penghiliran masih berhadapan dengan persoalan teknologi yang belum sepenuhnya dikuasai oleh pelaku usaha nasional.

Selain itu, skala ekonomi dari produk hasil penghiliran juga masih belum tercapai. Hal itu seolah melengkapi persoalan ihwal belum terbentuknya pasar produk hasil penghiliran.

“Selain itu juga diperlukan investasi besar dan margin yang diperoleh juga biasanya lebih kecil dibandingkan bahan mentahnya itu sendiri,” ujarnya satu webinar Promosi Hilirisasi SDA, Rabu (7/9/2022).

Bukan itu saja, masalah pendanaan juga jadi masalah, di tengah dunia yang mengalami ketidakpastian hingga menghambat pembangunan sejumlah smelter di tanah air. Portofolio bisnis yang dimiliki BUMN Holding Industri Pertambangan, Mining Industry Indonesia atau MIND ID, seperti disampaikan Kepala Divisi Corporate Strategy MIND ID Syafrizal, kini relatif memberikan sinyal positif bagi investor. Sehingga, mampu menarik mereka untuk ikut membiayai program penghiliran mineral dan logam di dalam negeri.

Apalagi, katanya, seluruh produk tambang MIND ID ke depannya ditargetkan dapat masuk dalam rantai nilai pasok kendaraan listrik dan industri hijau lainnya. Di sisi kebijakan, pemerintah dan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus mendorong langkah penghiliran tersebut.

Bahkan bisa dikatakan, seluruh investor yang ingin melakukan penghiliran dapat memperoleh insentif. Langkah-langkah akomodatif itu menjadi hal yang terpenting bagi pemerintah, demi menciptakan iklim investasi penghiliran di Indonesia. (Firman Hidranto)