Kado Bonus untuk Pahlawan Olahraga

Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan karateka peraih medali perak Ceyco Georgia Hutagalung (ketiga kiri) saat upacara penyerahan bonus atlet SEA Games ke-31 Vietnam di Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/6/2022)..Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay

JAKARTA – Presiden meminta Menpora Zainuddin Amali tegas menerapkan Desain Besar Olahraga Nasional untuk membenahi prestasi Indonesia di tingkat dunia dengan target merebut medali Olimpiade.

Hanya ada dua peristiwa yang membuat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang dan bendera nasional Merah Putih berkibar di tingkat internasional. Pertama adalah ketika kepala negara melakukan kunjungan kehormatan ke suatu negara dan berikutnya ketika duta bangsa seperti atlet-atlet yang mewakili Indonesia menjuarai suatu perlombaan.

Kumandang Indonesia Raya dan dikereknya Merah Putih menjadi mimpi yang selalu ingin diwujudkan para atlet ketika terjun dalam berbagai perlombaan dengan membawa nama Indonesia. Itu seperti membayar lunas semua jerih payah dan pengorbanan mereka. Dimulai sejak menjalani masa latihan hingga mengalahkan seluruh lawan saat berlaga hingga membawa pulang gelar juara atau medali kemenangan.


Hal itu pula yang dirasakan oleh 408 atlet Indonesia peraih medali dalam perhelatan olahraga multicabang dua tahunan terbesar di Asia Tenggara, SEA Games 2021 di Vietnam, 12-23 Mei 2022 lalu. Mereka adalah bagian dari 499 atlet yang dikirim Pemerintah Indonesia untuk berjuang di SEA Games ke-31 tersebut.

Ke-408 atlet atau 82 persen dari keseluruhan atlet tentulah tidak semuanya membawa pulang medali emas. Meski belum berhasil menjadi juara dan merebut emas, setidaknya mereka mampu naik podium sebagai perebut perak atau perunggu dan menyaksikan dikereknya Merah Putih.

Jangan pula ditanyakan kepada Rifda Irfanaluthfi apa rasanya bertanding sambil menahan sakit dari cedera tulang betis. Cedera itu ia dapat karena seluruh bagian kakinya terlalu sering dijadikan tumpuan melompat, baik ketika latihan ataupun kala bertanding. Ratu Senam Artistik Indonesia ini hanya tahu bahwa rasa sakit bukan penghalangnya untuk tetap menjadi nomor satu.

Pesenam kelahiran Jakarta, 16 Oktober 1999 itu mampu membawa pulang dua emas dari matras cabang senam. Ia telah membayar lunas kepercayaan Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON) yang tetap bersikukuh mengirimkan Rifda karena rekam jejak prestasinya selama ini. Sekeping perak Asian Games 2018, dua emas, lima perak, dan empat perunggu SEA Games adalah bukti prestasinya sebelum terbang ke Hanoi.

Perjuangan Ayustina Delia Priatna pun tak kalah heroiknya. Ia adalah atlet balap sepeda putri yang berlaga di nomor individual time trial. Berlomba dengan semangat pantang menyerah, tanpa ia sangka botol minumnya terjatuh. Padahal, saat itu ia baru melaju sejauh 3-5 kilometer dari sekitar 30 kilometer jarak yang harus diselesaikan.

Akhirnya, sepanjang sisa perjalanan berikutnya ia harus berlomba sambil menahan haus di panasnya aspal jalan raya Provinsi Hoa Binh. Hebatnya lagi, ia mampu keluar sebagai juara dan meninggalkan pesaing terdekatnya dari Singapura, Luo Yi Wei dengan selisih waktu hampir satu menit.

Belum lagi bagaimana perjuangan para pedayung Indonesia yang mampu merajai cabang dayung SEA Games ke-31. Mereka meraihnya dengan kondisi telapak tangan lecet-lecet dan berdarah. Itu akibat terlalu kuatnya gesekan telapak tangan mereka dengan alat kayuh karena tak ingin kehilangan kesempatan menjadi juara pada tiap nomor yang diikuti.

Segala bentuk perjuangan dan cucuran keringat Rifda dan kawan-kawan itu membuahkan hasil berupa direbutnya peringkat tiga pada klasemen medali akhir. Hal itu dipastikan setelah mereka sukses mengumpulkan 69 emas, 92 perak, dan 80 perunggu.

Pencapaian ini meningkat 80,96 persen dibandingkan SEA Games 2019 di Manila ketika kontingen Merah Putih menyabet 72 emas, 84 perak, dan 111 perunggu serta berada di peringkat empat besar. Saat itu kontingen Indonesia diperkuat 841 atlet atau 40,6 persen lebih banyak dibandingkan SEA Games 2021.

Atas prestasi di Hanoi itu, Presiden Joko Widodo pun memberikan apresiasi tertingginya kepada para pahlawan olahraga Indonesia. Sebuah kado spesial berupa bonus senilai total Rp162,5 miliar telah disiapkan pemerintah sebagai bonus.

Sebanyak Rp130,5 miliar diberikan kepada atlet-atlet peraih medali. Rp32 miliar lainnya diserahkan kepada pelatih-asisten pelatih yang atletnya mendulang medali.

Bonus uang tunai diberikan berdasarkan kategori nomor lomba yang diikuti para atlet. Untuk nomor perorangan, perebut emas diganjar bonus Rp500 juta, perak Rp300 juta, dan perunggu Rp150 juta. Kemudian untuk nomor ganda, peraih emas diberikan Rp400 juta, perak Rp240 juta, dan perunggu Rp120 juta.

Pada nomor beregu, bonus dari pemerintah kepada perebut emas diberikan sebesar Rp350 juta, perak Rp210 juta, dan perunggu Rp105 juta. Bonus itu telah diberikan Presiden secara simbolis kepada perwakilan atlet peraih emas, perak, dan perunggu di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Senin (13/6/2022).

“Sebuah angka yang tidak sedikit. Semoga ini memberikan inspirasi dan motivasi kepada atlet-atlet lain nantinya di ajang internasional apa pun untuk bisa mengharumkan nama bangsa dan negara,” kata Presiden.

Ini adalah untuk kesekian kalinya pemerintah memberikan bonus kepada para perebut medali pada tiap perhelatan olahraga multicabang, baik itu SEA Games, Asian Games, ataupun Olimpiade. Bonus tertinggi diberikan kepada para atlet peraih medali Olimpiade diikuti Asian Games dan SEA Games.

“Kami berterima kasih kepada Presiden dan pemerintah karena telah memperhatikan kesejahteraan para atlet,” ucap peraih emas cabang esports, Febrianto Genta Prakarsa.

Presiden turut menyoroti upaya Kementerian Pemuda dan Olahraga secara maksimal dan tepat sasaran dalam pengiriman atlet. Hanya atlet yang berpotensi merebut medali saja yang dikirimkan bertarung. Sehingga tidak terjadi lagi pengiriman atlet dalam jumlah besar, namun hasilnya tidak maksimal.

Terlebih lagi, keberangkatan para atlet melalui seleksi ketat berdasarkan rekam jejak prestasi mereka selama tiga tahun terakhir yang dilakukan oleh Tim Review PPON bentukan Kemenpora. “Membangun ekosistem yang baik itulah yang memberikan hasil. Kerjanya juga fokus,” ujar Presiden.

Presiden juga meminta Menpora Zainuddin Amali untuk konsisten menerapkan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) karena terbukti berhasil menaikkan peringkat Indonesia di SEA Games 2021.

Pada dasarnya DBON adalah buah dari Peraturan Presiden nomor 86 tahun 2021 sebagai perubahan besar pada paradigma olahraga nasional. Dari semula berorientasi kuantitas menjadi kualitas terkait pengiriman atlet-atlet pada ajang olahraga multicabang.

Menpora menyatakan, pihaknya akan lebih ketat lagi memberlakukan seleksi atlet berdasarkan DBON dengan target utama merebut medali Olimpiade dan posisi lima besar Olimpiade 2044 nanti. Sehingga SEA Games dan Asian Games hanya sebagai sasaran antara saja. (***)