Telaga Ngebel Ponorogo yang Identik dengan Cerita Baru Klinting

TAK banyak yang tahu pasti asal usul Telaga Ngebel. Sebagian masyarakat meyakini telaga itu terbentuk secara alami. Namun, ada pula yang mengaitkannya dengan cerita rakyat tentang Baru Klinting.

Dalam cerita itu, Baru Klinting adalah seorang pertapa yang memiliki wujud ular naga. Sosok itulah yang diyakini sebagai penyebab munculnya telaga yang terletak di Kecamatan Ngebel tersebut.

Kini wujud sosok Batu Klinting yang menyerupai ular naga itu sudah bisa dijumpai di sisi utara Telaga Ngebel. Dalam bentuk patung sepanjang 6 meter.


Terlepas dari mitos itu, keelokan Telaga Ngebel sudah tersohor di kalangan wisatawan, baik dari lokal maupun berbagai daerah. Keindahan lanskap destinasi itulah yang jadi magnet terbesar. ”Kalau dari sisi keaslian lingkungan, Ngebel masih lebih baik daripada objek wisata telaga lain,’’ ujar Pujianto, salah seorang wisatawan.

Telaga Ngebel berada di kaki Gunung Wilis dengan ketinggian sekitar 610 meter di atas permukaan laut (dpl). Membuat telaga seluas 150 hektare itu terasa sejuk sepanjang hari. Pepohonan tinggi yang menjulang di sekeliling telaga menambah keasrian telaga tersebut.

Dengan berbagai keunggulan itu, tak heran jika Ngebel sangat digemari sebagai destinasi wisata keluarga. ”Udaranya masih sejuk. Anak senang bermain di sekitar telaga,’’ kata dia, dilansir JawaPos.com.

Di sana juga sudah tersedia berbagai fasilitas seperti spot berswafoto hingga warung-warung makan dan kafe. Wisatawan juga bisa mengarungi telaga dengan menggunakan perahu yang disewakan warga setempat.

Bukan hanya lanskapnya, ada sejumlah ”magnet” lain yang membuat daya tarik Telaga Ngebel makin kuat. Salah satunya adalah lezatnya durian kanjeng khas Ngebel. Dagingnya yang lembut dengan perpaduan rasa manis-pahit membuat penggemar durian berbondong-bondong untuk datang ke sana.

Sajian di Telaga Ngebel makin komplet dengan pergelaran event wisata yang diinisiatori pemkab, masyarakat, maupun pihak ketiga. Mulai larung sesaji setiap momen grebeg Suro, Reog Jazz Ponorogo, hingga festival durian yang digelar saat musim panen. ”Beberapa event ini akan dikembangkan pemerintah dan semua stakeholder. Selain sarana dan prasarana penunjang yang penting di Telaga Ngebel,’’ ujar Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo Agus Sugiharto.

Karena ragam daya tarik itulah, sejak dibuka kembali pada Juni lalu, Telaga Ngebel masih ramai dikunjungi wisatawan. Tentu saja, pemerintah, pengelola, dan para pelaku usaha wisata sepakat menerapkan protokol kesehatan secara ketat. ”Masuk Telaga Ngebel wajib bermasker dan mengikuti pengecekan suhu tubuh. Setiap saat wisatawan juga diingatkan untuk tetap jaga jarak dan rajin cuci tangan,’’ ungkap Agus.

Makin Semarak dengan Kehadiran Mloko Sewu

Ibarat sebuah restoran, pengunjung Telaga Ngebel kini bisa mendapat aneka sajian baru. Tinggal pilih. Sebab, tak jauh dari sana, terdapat destinasi baru. Yakni, Mloko Sewu yang menawarkan sensasi lain.

Objek wisata yang baru dibuka dua tahun lalu itu berada di atas bukit sisi timur Telaga Ngebel. Dari atas Mloko Sewu, pemandangan Ngebel bisa dilihat utuh. Pengunjung juga bisa menyaksikan indahnya matahari terbenam di sisi barat telaga.



Cukup banyak spot di objek wisata Mloko Sewu yang jadi favorit para pengunjung untuk berfoto bersama atau selfie. (AJI PUTRA/JAWA POS RADAR PONOROGO)

Tak heran, banyak fotografer yang berburu momen matahari tenggelam dari atas bukit tersebut. ”Ketinggian Mloko Sewu sekitar 800 meter di atas permukaan laut,’’ kata Fery Andrianto, pengelola Mloko Sewu.

Beragam fasilitas lain juga bisa dinikmati di sana. Selain taman yang asri dan sejuk, wisatawan bisa berswafoto di spot-spot yang telah disiapkan. Wisatawan juga bisa berkemah di sana.

Mloko Sewu dirintis sejak 2017. Kala itu, kalangan pemuda di desa setempat tergerak untuk membangun wisata karena pemandangan yang eksotis. Mereka lantas mengajak Perhutani untuk membuka Mloko Sewu.

Alhasil pada 2018, objek wisata itu diresmikan dari hasil kerja sama pemuda setempat dan Perhutani. ”Mloko Sewu terus berbenah. Salah satunya, area perkemahan yang sekarang ada,’’ ujarnya.

Sama dengan Telaga Ngebel, Mloko Sewu sempat beberapa kali ditutup saat pandemi Covid-19. Namun, kini sudah dibuka kembali. Wisatawan diminta mematuhi seluruh protokol kesehatan. ”Sebelum dibuka lagi pada Juni, kesiapan kami sudah dievaluasi satgas,’’ ujarnya.

Situasi pandemi pula yang membuat tingkat kunjungan di Mloko Sewu menurun. Biasanya, setiap hari rata-rata pengunjung bisa mencapai 100 orang. Kini di bawah itu. Demikian pula pada akhir pekan, dulu bisa sampai 500 orang. Sekarang rata-rata 100–200 orang.

TENTANG TELAGA NGEBEL

– Luas telaga mencapai 150 hektare

– Berada di ketinggian 610 mdpl

– 24 kilometer dari pusat kota Ponorogo

– 30 kilometer dari Kota Madiun.