Manfaatkan Kain Perca, Produk Benny Tembus Jerman

Lembaran-lembaran kain perca yang semula hanya limbah berubah menjadi sarung bantal, selimut, bedcover, taplak meja, daster, celana, rok, nan unik dan menarik (foto: Ririn/Wiradesa)

 

Sbchannel.id, Kulon Progo – Apa yang terbesit dalam benak kita saat mendapati potongan-potongan kain sisa jahitan? Biasanya akan dibuang, menjadi sampah, lalu dibakar.

Namun, berbeda dengan Benny Triyono. Lembaran kain perca yang tak terpakai oleh Beny disulap menjadi kerajinan indah bernilai rupiah.


Saat tim wiradesa.co grup siberindo.co berkunjung, lembaran-lembaran kain perca yang semula hanya limbah berubah menjadi sarung bantal, selimut, bedcover, taplak meja, daster, celana, rok, nan unik dan menarik.

Hamparan kain perca menghiasi dinding rumahnya. Motifnya beraneka ragam, dengan aplikasi jahitan zig-zag. Perpaduannya sangat serasi.

Bahkan ketika dilihat sepintas, kombinasi jahitan itu tak memperlihatkan sambungan antarkain perca. Sungguh sangat indah dan menawan.

Kerajinan kain perca ini merupakan usaha inovatif dan mendapat banyak apresiasi. Tinggal di Banggan Sukoreno Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta, sejak tahun 2003, pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat ini merintis usaha kain perca.

Awalnya dia membuat tas batik perca dipasarkan di kawasan Pasar Beringharjo. Makin ketatnya persaingan tas perca batik membuat Beny beralih ke kerajinan perca untuk aneka produk.

“Bahan baku perca kainnya saya ambil dari Pekalongan, bahkan pernah diantar satu truk gitu, ada yang motif batik, ada pula yang motif biasa,” ujar Beny.

Ada delapan karyawan yang standby di rumah produksi Beny, dan masih ada puluhan lainnya yang membawa pulang pekerjaannya.

“Kalau yang di rumah, mereka menyiapkan bahan yang akan diambil orang-orang yang mau dibawa pulang, melayani pesanan yang mendadak, atau memperbaiki kalau ada yang rusak,” tutur suami dari Sarjiyah ini.

Produksi kain perca Beny ini bisa dicari lewat Google Maps Griya Perca. Produk perca Beny bisa dipesan dengan harga yang relatif murah. Bedcover sekitar Rp200 sampai 300 ribu, selimut seharga Rp50-90 ribu.

Harga tersebut sangat sesuai dengan hasil kreasi yang limited edition. Tak heran bila produk Beny kemudian menjangkau pasar internasional.

Beny mengaku, hampir empat kali dalam setahun dia mengirim produknya ke Jerman. Tak hanya itu, pasarannya telah menjangkau di beberapa wilayah di luar Yogya, seperti Bali, Medan, Brastagi.

“Saat semarak kerajinan tas batik banyak pedagang yang menurunkan harga sehingga lama-kelamaan harga anjlok dan tak mampu produksi lagi. Makanya kami selalu mencari inovasi baru. Kerajinan perca dijadikan beragam produk, inovasi baru kami setelah tas perca batik redup,” ujarnya.

Kerja keras Beny ini menjadi inspirasi kita bersama. Bila kita terus berinovasi dan berkarya, tentu akan bisa menambah nilai serta berdampak positif bagi kehidupan. (ririn kada)