Komunitas Sipamandar Bahas Strategi Pengembangan Kebudayaan Lokal

Komunitas Sipamandar gelar dialog di Café Tebink, Jumat (17/01/2025).

MAJENE – Pelestarian budaya daerah bukan hanya tentang mempertahankan artefak fisik atau ritual semata, tetapi juga menjaga nilai-nilai, filosofi, dan kearifan yang terkandung di dalamnya.

Hal ini sebagai upaya holistik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, hingga setiap individu dalam masyarakat.

Penjelasan ini, dibahas Komunitas Asosiasi Sipamandar, Poros Pemajuan Kebudayaan Majene Menuju Model Nasional, pada kegiatan dialog lintas sektor
Majene di Café Tebink, Jumat (17/01/2025).


Dalam dialog, Komunitas Asosiasi Sipamandar juga membahas peran komunitas dalam mendukung pemajuan kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Majene, serta menyoroti potensi besar komunitas dalam membangun karakter kebudayaan Majene.

“Inisiasi Sipamandar bermula dari komunitas kecil yang berkembang pesat berkat dukungan program Indonesiana Kemendikbud Ristekdikti,” jelas Ahmad Akbar, salah satu pendiri Sipamandar (Direktur Fest. Sipamandar 2019-2023).

Dikatakan, langkah awal melalui kegiatan daring saat pandemi Covid-19 pada 2019, Sipamandar kini menjadi platform penting untuk pengembangan kapasitas SDM komunitas di Majene.

Ditempat yang sama, Wakil Bupati Majene terpilih Andi Rita Mariani menekankan, pentingnya kontinuitas dalam pelaksanaan program kebudayaan.

“Seluruh kegiatan harus dirancang secara berkesinambungan. Asosiasi Sipamandar sudah kami dukung seratus persen dan menjadi mitra strategis dalam pengembangan kebudayaan dan pariwisata,” ujarnya.

Ia mengemukakan, rencana penguatan narasi dan dokumentasi cagar budaya sebagai bagian dari kerangka pemajuan kebudayaan daerah.

“Sebagai langkah konkret, Pemda berencana menggelar rapat koordinasi lintas sektor untuk memperkuat kolaborasi dan mendukung keberlanjutan program. Mari kita terus bersama menggali potensi kebudayaan ini agar ke depan muncul seperti pusat permainan rakyat sebagai salah satu ikon budaya Majene,” bebernya.

Sementara, Tammalele, Ifrad Welly dan Ridhai menambahkan, bahwa penguatan kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan perguruan tinggi menjadi kunci keberlanjutan program budaya di daerah ini.

“Majene sebagai bagian dari rangkaian agenda pemajuan kebudayaan yang telah menjadi prioritas sejak 2019,” tuturnya.

Agenda ini lanjutnya, sejalan dengan rencana Pemda dalam hal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Majene untuk menyusun kalender kerja kegiatan kebudayaan dan pariwisata hingga 5 tahun ke depan.

“Pemajuan kebudayaan tidak hanya penting untuk melestarikan tradisi lokal tetapi juga untuk meningkatkan daya saing daerah secara nasional,” ulasnya.

Sementara, tokoh masyarakat Darmansyah bersama Fahmi mengapresiasi kontribusi Asosiasi Sipamandar dalam membawa dukungan APBN untuk kebudayaan di Majene.

“Perlunya dukungan lebih kuat bagi SDM komunitas agar kebudayaan Majene mampu dikenal secara nasional,” ungkapnya.

Diakhir dialog dengan komitmen bersama untuk menjadikan Sipamandar sebagai model nasional dalam pemajuan kebudayaan berbasis komunitas.

Sejumlah saran dan masukan dari komunitas akan menjadi pertimbangan utama dalam setiap kebijakan dan tentu didasarkan pada pokok-pokok pikiran Kebudayaan Kabupaten Majene Sulawesi Barat.

Dialog ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Irfan yang menyoroti dasar-dasar Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) sebagai landasan pergerakan komunitas, serta Zainuddin yang menegaskan peran Afiat Mulwan sebagai tokoh sentral dalam dinamika Asosiasi Sipamandar.

Hadir pada dialog, tokoh penting komunitas, pemerintah daerah, akademisi, serta praktisi budaya, dengan fokus pada peningkatan sinergi dan strategi pengembangan kebudayaan lokal yang berkelanjutan. (fy/hfd)