MAJENE – Sayyang Pattudu (Kuda Menari) adalah warisan budaya tak benda dari suku Mandar yang dihias dan ditunggangi mengelilingi kampung yang digelar untuk syukuran pada acara Khatam Alqur’an.
Budaya Sayyang pattu’du ini, bertujuan mendidik dan memberikan nasihat kepada anak-anak suku Mandar agar semangat dalam menamatkan bacaan Alqur’an.
Selain itu, Sayyang pattudu juga ditampilkan sebagai tari penyambut tamu kehormatan dalam masyarakat Mandar dan menjadi festival tahunan di daerah ini.
Seperti yang digelar siswa SD-MI se-Kecamatan Sendana yang secara resmi dilepas Bupati Majene Andi Achmad Syukri dengan kegiatan arak-arakan Messawe Totammaq di Lapangan Bura’ Sendana, Kabupaten Majene, Rabu (21/06/2023).
“Tentu kita apresiasi kepada panitia pelaksana dan semua pihak yang telah menyukseskan kegiatan budaya Messawe Totammaq sebagai wujud kepedulian kita atas perkembangan pendidikan baca tulis Alqur’an terkhusus untuk anak-anak kita,” ucap Andi Syukri.
Ia mengimbau, kepada orang tua siswa agar senantiasa terus membina anak-anak dalam membaca dan memahami Alqur’an untuk lebih memasyarakat ditengah kehidupan di masa depan.
Ia mengaku, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene akan terus mendorong kegiatan masyarakat terutama di bidang Pembinaan keagamaan karena merupakan wujud salah satu visi misi Pemkab Majene, yaitu Majene Religius.
“Kegiatan Messawe Sayyang pattuqduq ini adalah rangkaian kelulusan siswa-siswi SD-MI se-Kecamatan Sendana dengan jumlah siswa sebanyak 449 siswa-siswi dan sebanyak 103 kuda sesuai laporan panitia pelaksana,” terangnya.
Dalam pelepasan sayyang pattu’du, Bupati Majene Andi Achmad Syukri bersama Wakil Bupati Majene Aris Munandar Kalma (AST-ARIS) juga turut memeriahkan acara dengan menunggangi kuda menarik. (hfd)
