Dari Bandung Hadir Alat Deteksi CePAD

BANDUNG – Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung menghadirkan CePAD (Cepat Praktis & Andal) alat bantu screening pemeriksaan awal Covid-19. Menteri Kesehatan sudah memberi izin edar November 2020. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun merekomendasikan alat ini.

Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menyampaikan hal itu pada jumpa pers virtual, Senin (28/12/2020).

“Selain GeNose karya Universitas Gadjah Mada, satu lagi karya anak bangsa yang membantu screening awal pemeriksaan Covid-19 dibuat Universitas Padjajaran (Unpad) yakni rapid test antigen CePAD,” katanya.

Alat ini mendeteksi antigen virus massal pada saat virologinya sedang tinggi sehingga bermanfaat untuk mendeteksi potensi penyebaran penyakit.


Disebutkan, CePAD yang telah mengantongi izin edar pada November 2020 ini sudah mendapatkan produsen PT Pakar Biomedika dan sudah diproduksi mencapai 500.000 unit.

Badan Kesehatan Dunia (WHO), kata Bambang, sudah merekomendasikan alat ini. Demikian pula Perhimpunan Patologi Klinis Indonesia.

Menurut Bambang, Ce-PAD sudah digunakan beberapa rumah sakit, yakni di Rumah Sakit Unpad, laboratorium kesehatan Jawa Barat dan Rumah Sakit Sentosa di Bandung.

Rapid test antigen Ce-PAD dilakukan dengan cara swab massal untuk mendeteksi cepat keberadaan virus Covid-19.

Sama dengan GeNose dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ce-PAD juga menjadi screening awal. Rapid test antigen berupa tes kit ini digunakan untuk mengetahui seseorang yang terinfeksi sehingga bisa memutus rantai penularan Covid-19.

Rapid test antigen Ce-PAD ini menjadi salah satu produk anak bangsa yang bisa bersaing dengan rapid test antigen impor.

“Alat ini makin dibutuhkan untuk keperluan di tempat-tempat yang mobilitas publiknya tinggi,” kata Bambang.

Kehadiran Ce-PAD lanjutnya, bisa mengurangi impor rapid test antigen. Bahkan sebentar lagi pengembangannya dengan bahan baku asli Indonesia, dan meningkatkan lokal konten dari tes antigen ini.

“Keunggulannya secara harga lebih murah dibanding PCR test yang merupakan gold standar. Hasilnya relatif cepat 15 menit dengan tingkat akurasi yang tinggi,” ujarnya.

Hal lain yang menjadi keunggulan, CePAD dilengkapi sistem trace yaitu barcode yang dihubungkan nomor induk kependudukan. Ini bisa mempercepat aksi penanganan orang yang terdeteksi positif untuk keperluan tracing dan tracking.

“Ini adalah rapid test yang berbeda dengan rapid test antibodi yang menggunakan darah sebagai sampel untuk mendeteksi reaktif atau tidak reaktif,” imbuhnya.

Ce-PAD memiliki tingkat sensitivitas 85%, spesifitas 83-84% dan akurasi 84%. Intinya sudah WHO standar. Kisaran harga tes Ce-PAD Rp 120.000 per tes. Relatif terjangkau terutama tempat kegiatan dengan mobilitas tinggi. (*)